Beberapa minggu terakhir, sedang semangat-semangatnya menulis. Kalau tidak sempat menulis disini, saya selalu menulis di caption Instagram, di moment Path, di Twitter atau paling banter di kepala. Duh, kalau di kepala sih sudah banyak sekali yang ingin ditulis, tapi saking banyaknya, harus menunggu satu per satu.
Beberapa hari yang lalu, saya nonton Ada Apa dengan Cinta (AADC 2?), sebuah film yang sudah sempat vakum 14 tahun lamanya. Hm, apa ya istilahnya, bukan vakum sih. Saat AADC pertama muncul, saya masih umur 8 tahun. Saya nonton beberapa tahun kemudian, saat SMP sepertinya, atau SMA ya? Sepertinya nonton di televisi sih, karena saat itu internet belum secepat dan semudah sekarang.
Waktu saya menonton, dan mencapai bagian ending-nya, yaudah saya cuma bisa berangan-angan Cinta dan Rangga pada akhirnya bisa bersatu. Semakin saya besar, saya rasa ya sudahlah, mungkin Cinta sama Rangga itu cuma cinta monyet. Setelah Rangga ke New York dan Cinta tetap di Jakarta, yaudah jalanin hidup masing-masing, atau mungkin sempet jalan sebentar tapi Cinta-nya nggak tahan LDR-an.
Tapi kemudian dua tahun yang lalu, LINE dengan brilian-nya ngumpulin Geng Mading sama Rangga lewat fitur LINE Alumni dan mempertemukan Cinta sama Rangga. Saya rasa, film pendek itu turut berkontribusi besar untuk meningkatkan hype-nya AADC lagi. Mulailah banyak orang yang menonton ulang AADC ((termasuk saya)) dan mulailah banyak orang yang mempertanyakan gimana kelanjutan kehidupan asmara Cinta dan Rangga.
14 tahun. Setelah 14 tahun lamanya, barulah akhirnya kita mengetahui bagaimana kelanjutan kisah mereka. Saya nggak mau bilang akhir kisah karena, bisa saja kisah itu terus berlanjut, dalam bayang-bayang di kepala kita atau mungkin bayang-bayang produser lain yang bermaksud menggarap spin-off ceritanya.
Saya nggak mau terlalu banyak bahas tentang film-nya, tapi saya mau bilang satu hal, saya suka. Meskipun ada beberapa part yang missing dan saya pertanyakan, tapi saya tetap suka. Semua karakternya masih sama, sifat mereka dari SMA tidak banyak yang berubah dan senangnya karena semua pemainnya tetap sama. Sedihnya karena cerita AADC2 dan AADC di LINE nggak berkesinambungan. Saya pikir bakal ada korelasinya, tapi ternyata lebih seperti ada parallel world gitu. AADC 12 tahun kemudian versi LINE dan AADC2 14 tahun kemudian versi produser aslinya.
Meskipun Rangga sosoknya galau abis-abisan, dan Cinta anaknya drama banget ((mungkin bisa jadi itu yang bikin mereka cocok ya haha)), tapi sejujurnya Rangga itu tipe lelaki yang memikat saya. Rangga yang dulu SMA maupun Rangga yang kini sudah lebih tua.
Saya selalu bayangin kalau suatu saat nanti jalan dengan pasangan ke tempat-tempat yang nggak biasa seperti itu. Pergi ke pasar buku bekas dan hunting buku bareng ((walaupun beda genre)), pergi ke galeri dan bahas soal karya-karya disana, pergi ke kedai kopi sambil duduk lesehan leyeh-leyeh, travelling ke tempat yang nggak biasa untuk mengejar matahari terbit, menonton pertunjukkan teater, dan hal-hal absurd lainnya yang lebih dari sebatas pergi ke mal atau kafe atau bioskop seperti umumnya anak muda jaman sekarang.
Tapi sampai sekarang, kok belum ya saya ketemu lelaki macam Rangga yang rasanya bakal nyambung banget kalau saya ajak pergi kemana-mana dan ngobrolin ini itu ((minus K-pop mungkin, kayaknya dia bakal mencibir dan menertawakan saya haha)). Apalagi saya bayangin kalau kita ke acara bazar buku macam Big Bad Wolf bareng-bareng, waaaah, kayaknya kita bisa kalap dan gila sama-sama deh HAHAHA.
yaudah tuh kan, saya ujung-ujungnya mengawang-awang dan bermimpi-mimpi menemukan sosok semacam Rangga minus kegalauan dan ke-cool-annya yang berle. haha. tapi sumpah ya, saya bakal girang banget kalau orang kasih saya hadiah puisi yang dia tulis sendiri, dibandingkan beliin barang aneh-aneh yang fancy dan ujungnya nggak terpakai. Saya anaknya terlalu sentimentil sih :')
Tambahan lagi, saya suka banget sama soundtrack AADC2 ini. Melly Goeslaw memang kalau bikin soundtrack film itu, keren-keren sekali ya. Terus yang musik rap di Jogja itu, waaah, baru pertama kali menderngar musik upbeat tapi menggunakan bahasa daerah dan menurut saya menarik banget.
Gimana menurut pendapat teman-teman yang sudah pada nonton AADC2? Do you like it?
Tambahan lagi, saya suka banget sama soundtrack AADC2 ini. Melly Goeslaw memang kalau bikin soundtrack film itu, keren-keren sekali ya. Terus yang musik rap di Jogja itu, waaah, baru pertama kali menderngar musik upbeat tapi menggunakan bahasa daerah dan menurut saya menarik banget.
Gimana menurut pendapat teman-teman yang sudah pada nonton AADC2? Do you like it?
filiiiii... aku juga suka sama rangga karena dia GANTENG! hahahaha *cemen*
ReplyDelete